Mari beradu pandang dengan kegelisahan. Mari beradu
kata dengan kerisauan
Hei “kau” yang selalu
menjadi asa dalam hidupku
Masih ingatkah kau dengan jiwaku yang
kau buang dalam buramnya kehidupan fana?
Masih ingatkah kau dengan ragaku yang
kau biarkan dilalap habis kekecewaan?
Lihat..!
Aku, di sini
dibalut luka yang sudah menjadi semburat dengan nanah yang membara. Aku, di
sini dibungkus lampin dendam beratasnamakan penghianatan. Aku, di sini dikecam
segumpal amarah yang membuncah di relung sukmaku.
Mari beradu pandang dengan kemunafikan. Mari beradu
kata dengan kenistaan
Hei
kau yang selalu menjadi duka dalam hidupku
Masihkah
kau seperti dulu? Menjadi tanah yang mengubur akar-akarku dalam asamnya
kematian?
Hei
kau, Lama tak bermalam dalam gelapnya duniamu
Hei
kau, sisi buruk yang selalu ingin ku hempaskan ke dalam jurang yang terdalam
Lama tak bertemu denganmu,
dan entah kenapa aku tak merindukanmu walau sedetikpun
Kau, sisi gelap dari jiwaku.
Apa kau masih tinggal dalam ragaku?
Terimakasih sudah
menghancurkan sebagian dari diriku
Aku mencuri banyak ilmu dari
itu semua
Apa kau mau tau?
sekarang
aku sedang bertatap mesra dengan sisi terang dari jiwaku
Maaf kita
tak bisa mengayuh dayung kehidupan ini bersama lagi
Kau yang
membuat segalanya berubah..
Angin pun
tau kau hanya menyesatkanku dalam kenikmatan sesaat..
Kau
sebagian dari diriku, kau sisi burukku. Tinggal dalam raga yang sama ternyata
tak jaminan untuk kita bisa tetap tinggal dalam buaian kedamaian..
Indra dalam
kemuraman, Indra dalam keceriaan.
Kau tetap
aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar