Rasa
yang seperti ini pernah aku alami. Tapi yang sekarang entah kenapa jauh lebih gila. Rasa itu menggelora sekali, ia
menghentak ragaku dengan liarnya, ia menyeruak segala asaku di dalam lubuk hati
ini.
Ah, ia
memberi nuansa yang tak bernama.
Ah,
tapi rasa itu tak menyiksa. Rasa itu justru membuat semangatku yang hampir
padam kembali berapi-api. Ia membuat senyumku yang sudah hilang, kembali datang dan menghiasi wajah
senduku. Ia memberi getaran yang tak menentu di dasar jiwa ini.
Ah, ia memberi nuansa
yang tak bernama.
Tak
melihat paras yang elok itu bisa membuat aku merasakan sesuatu yang tak
tertahankan. Tak mendengar getaran pita suaranya bisa membuat aku merasakan
sesuatu yang tak terpuaskan. Tak mendapati ia dalam keadaan “baik” membuat aku
merasakan sesuatu yang menggelisahkan.
Ah,
ia memang memberi nuansa yang bernama.
Rindu,
begitu ia dinamai.
Siapa yang kurindukan? Tentu saja kau Nuansaku.
Nuansa tak bernama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar