Jumat, 08 Maret 2013

This one



Jerit Mahasiswa Kecil

Untuk kalian yang hidup dengan segala kelebihan
Untuk kalian yang bisa mendapat apa yang kalian inginkan dengan mudah
Untuk kalian yang tak perlu bersusah-susah menahan lapar
Untuk kalian yang tak pernah merasa kelelahan karena mencari uang
Untuk kalian yang tak pernah merasakan panasnya berjalan di luar sana

Kalian tertawa saat hati kecil ini benar-benar teriris
Kalian bersantai saat tenaga ini benar-benar terkuras
Kalian kekenyangan saat perut ini melilit begitu sakit
Kalian terlindung saat kulit ini terbakar
Kalian merasa hangat saat tubuh ini basah
Kalian terlelap saat mata ini benar-benar tak bisa ditutup 

Kalian tak tahu bagaimana rasanya berada di belakang mesin kasir
Bekerja 8 jam penuh sambil berdiri dengan beragam kisah yang tak dimengerti
Hanya karena uang yang sudah menjadi selebritis di semua kalangan
Kalian begitu menikmati hidup ini
Menikmati makanan di resoran-restoran besar

Kami sibuk memikirkan berapa kali kami akan makan hari ini
Kalian sibuk berpikir restoran mana yang akan disinggahi malam ini
Kami sibuk memikirkan keluarga kami
Kalian sibuk memikirkan style terbaru musim ini
Kami merasa lelah dengan kehidupan kami
Kalian lelah berbelanja satu harian

Tolong sampaikan pada orang tua kalian
Terimakasih atas hidup indah yang mereka karyakan untuk kalian
Terimakasih sudah memberikan gambaran kehidupan dalam rupiah

 Terimakasih untuk kehidupan
Yang sudah menampar kami dengan begitu keras
Terimakasih sudah mengingatkan kami agar tidak lalai
Terimakasih sudah membuat kami menjadi pribadi yang kuat
Ini ungkapan hati kami
Ini kenyataan yang kami rasakan
Inilah realitas mahasiswa seperti kami
Dari kami mahasiswa kecil



Dua sisi dari diriku



Mari beradu pandang dengan kegelisahan. Mari beradu kata dengan kerisauan

Hei “kau” yang selalu menjadi asa dalam hidupku

Masih ingatkah kau dengan jiwaku yang kau buang dalam buramnya kehidupan fana?
Masih ingatkah kau dengan ragaku yang kau biarkan dilalap habis kekecewaan?
Lihat..!
Aku, di sini dibalut luka yang sudah menjadi semburat dengan nanah yang membara. Aku, di sini dibungkus lampin dendam beratasnamakan penghianatan. Aku, di sini dikecam segumpal amarah yang membuncah di relung sukmaku.

Mari beradu pandang dengan kemunafikan. Mari beradu kata dengan kenistaan

Hei kau yang selalu menjadi duka dalam hidupku

Masihkah kau seperti dulu? Menjadi tanah yang mengubur akar-akarku dalam asamnya kematian?

Hei kau, Lama tak bermalam dalam gelapnya duniamu
Hei kau, sisi buruk yang selalu ingin ku hempaskan ke dalam jurang yang terdalam
Lama tak bertemu denganmu, dan entah kenapa aku tak merindukanmu walau sedetikpun
Kau, sisi gelap dari jiwaku. Apa kau masih tinggal dalam ragaku?
Terimakasih sudah menghancurkan sebagian dari diriku
Aku mencuri banyak ilmu dari itu semua


Apa kau mau tau?
sekarang aku sedang bertatap mesra dengan sisi terang dari jiwaku

Maaf kita tak bisa mengayuh dayung kehidupan ini bersama lagi
Kau yang membuat segalanya berubah..
Angin pun tau kau hanya menyesatkanku dalam kenikmatan sesaat..

Kau sebagian dari diriku, kau sisi burukku. Tinggal dalam raga yang sama ternyata tak jaminan untuk kita bisa tetap tinggal dalam buaian kedamaian..
Indra dalam kemuraman, Indra dalam keceriaan.
Kau tetap aku.