Dear My RAINBOW
Aku jatuh cinta, aku
yakin aku sudah terjerembab dalam asmara yang tak pernah aku undang. Kurasa,
dewi cinta sedang memilihku untuk memainkan peran sebagai seorang gadis yang
sedang mabuk dalam perasaannya sendiri. Hingga hatiku berubah jadi kuning , begitu ceria, begitu haus pada satu sosok. Yaitu kau. Pria cerdas, tampan, dan penuh talenta.
Kau yang selalu hadir dalam setiap ingatanku,dalam setiap arah aku memandang.
Kau yang manis seperti cokelat.
Aku tak bisa tenang
saat aku berpapasan denganmu, aku begitu merah, begitu membara tapi begitu panik. berpura-pura
tak melihat, tapi sebenarnya mataku tak kuat untuk tak melihatmu. Mengamati
dirimu, wajahmu, rambutmu, caramu berjalan, tanganmu yang selalu masuk dalam
kantongmu, arah pandangmu, apa yang kau kenakan, pakaianmu, celanamu, sepatumu,
jam tanganmu. Oh Tuhan, kau tak terdefenisikan, sungguh. Aku ingin kau
melihatku, ya kau pasti melihatku, maksudku memandangku dengan tatapan yang
sama seperti aku, kau tahu memandangmu aku hijau, damai yang tak terungkap bergemuruh di sini,
ya di sini, di dada ini. Tapi ia jadi berdetak tak beraturan, meletup sampai
membara, sekali lagi ia memerah. Merah dan hijau, kau tau jadi apa mereka kalau
disatukan. Oh kawan, mereka tak bisa bersatu, yang satu tenang dan yang satu
terlalu bersemangat. Aku tak karuan, ya tak terkontrol. Dan saat kau berlalu,
hati ini tiba-tiba jadi merah jambu.
Ia senang, aku tau itu. Buktinya bibirku dibuatnya senyum-senyum. Ah warna yang
luar biasa. Kau hebat.
Kau adalah rindu terbiru
yang pernah ku rasakan. Satu malam, sejak sore pulang sekolah kita tak bertemu,
aku sudah rindu setengah mati. Haha, kau
mungkin akan tertawa, satu malam, hanya selang pulang sekolah ke pagi hari di
saat kita akan ke sekolah kembali, dan aku mengatakan itu lama. Ya buatmu
mungkin itu singkat, bahkan sangat singkat. Tapi bagiku, bagi seorang secret
admirer sepertiku, itu sangat lama. Tiga belas jam itu lama. Aku tak bisa tak
melihatmu selama itu kawan, tak bisa. Apa kau mau tau bagaimana caranya agar
biru rinduku terpuaskan. Aku menemuimu dalam mimpi. Entah kenapa di sana aku
bisa menggenggam tanganmu sesuka hatiku, bercanda denganmu, tertawa tanpa lelah,
aku bisa merasakan dadaku bergetar, oranye bukan kepalang, aku senang luar biasa
kawan, sungguh.
Aku bertahan dengan
perasaan ini untuk waktu yang ku rasa tidak terlalu lama, hanya beberapa tahun.
Mulai dari saat di mana aku menikmati saat-saat yang mendebarkan ketika kita
berpapasan, memandangmu sampai puas saat kau ada dalam jarak yang tak terlalu
jauh dariku, mengecek perkembangan statusmu dalam situs jejaring sosial ( aku
bingung, kenapa Profil Picture-mu monyet, panda, dan pernah shincan, kalau yang
ini aku senang, karena aku suka shincan, hehe), mencari tahu kegiatanmu hari
lepas hari, mencari tau tentangmu dan tentang keluargamu, mencari tahu posisi
dudukmu dalam kelas, nomor ujianmu, ruang ujianmu, nilai-nilaimu, pelayananmu
dengan Dia Pemilik Hidup kita, mencari tahu siapa orang yang kau sukai, seperti
apa gadis impianmu. Untuk semua ini, aku melakukannya dengan senang hati
kecuali untuk dua kalimat terakhir.
Sebagai seorang secret
admirer, aku sangat senang luar biasa ketika Dewi Cinta memilih kau sebagai
partnerku dalam berperan. Tapi tetap sesuai dengan skenario aku hanya jadi
orang yang berkelut dengan takdir bahwa aku wanita, aku penerima bukan
pengungkap. Aku bunga bukan lebah. Bertahun-tahun aku bertahan dengan cinta
yang kujunjung tinggi ini, tak jarang kau membuat air mataku mengalir,dan saat
itu segalanya menjadi hitam. Hitam
dan benar-benar kelabu.
Ini tentang warna,Ini
tentangmu, PELANGIKU..
Apa kau terhanyut dalam ceritaku kawan?
Ah tak usah terlalu dipikirkan. By the way, aku senang menerima Undangan
Pernikahanmu. Aku baru sadar bahwa kita sudah tua, maksudku dewasa. Kau sudah
27 tahun, dan aku 26 tahun. Aku ingat sekali usia kita beda 1 tahun, dengan
tanggal lahir beda 2 tanggal dalam bulan yang sama walaupun tahun lahir
berbeda. 05 November, tanggal itu menjadi tanggal yang kutunggu-tunggu walaupun
aku tidak lahir pada tanggal itu. Aku selalu ingin menjadi orang pertama yang
mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Karena yang didengungkan selama ini,
orang pertama tak akan pernah terlupakan. Sama seperti kau, yang menjadi cinta
pertama dalam hidupku. Tak terlupakan. ( jangan diambil hati, hahaha )
Aku sangat kaget ketika aku menerima
Undangan Pernikahan darimu dan darinya. Awalnya aku kaget darimana kau tahu alamatku, tapi setelah
membaca dengan siapa kau melabuhkan bahtera hatimu, aku tak kaget lagi tapi
hampir pingsan. Tapi aku senang, karena pria yang selalu kubawa dalam setiap
doaku, akan menikah dengan orang yang tepat. Kenapa aku begitu yakin? Tentu
saja kawan, dia sahabatku sejak kita SMA dulu. Aku selalu cerita tentangmu
padanya dan dia selalu tidak sabar menunggu tiap ceritaku tentangmu setiap hari
bahkan sampai sekarang, sampai kami bekerja dan mendapat bargain posisition di
perusahaan sebesar ini.
Dia tidak pernah cerita padaku, bahwa
kalian sudah berpacaran sejak lama, bahkan sudah 16 tahun. Aku tau ini dari
sahabatku Tiwi, ternyata selama ini kalian tidak mau terlalu mengekspose
hubungan kalian pada orang lain. 16 tahun? Berarti sejak SMA, tapi sudahlah aku
tidak akan mempermasalahkan apa-apa lagi. Terlalu kelam bagiku, dan aku salut
dengan kalian berdua, sangat salut. Mungkin, dia ingin menjaga perasaanku saja.
Dia kan sahabatku. ( apa aku bodoh? ) dan yang paling aku bingungkan, selama
ini aku kemana?
Sebenarnya aku ingin bertanya, selama
ini kau memandangku seperti apa? Apa alasanmu membalas sms-ku, kenapa kau
selalu meneleponku dan selalu menanyakan kabarku dan menanyakan semua
tentangku? Kenapa kau belum membuang surat-suratku semasa kita SMA dulu? Kenapa
kau selalu membelikan kado untuk keluargaku? Kenapa kau selalu mengajakku
pulang bersama walaupun kantor kita ada dalam dua arah yang berbeda? Kenapa kau
selalu memperlakukanku seperti kau juga merasakan hal yang sama denganku? Ku
kira kau sudah tau, kau adalah alasan mengapa selama ini aku tetap sendiri.
Aku memang bodoh, seharusnya dari dulu
aku tahu, kalau itu hanya karena kau juga tidak ingin membuatku sedih. Kau
ingin menghargaiku. Tapi sudahlah kawan, aku bahagia atas pernikahanmu ini. Kau
dan dia adalah 2 orang yang sangat berharga dalam hidupku. Dulu, kita bertemu
karena arahan dewi cinta mungkin untuk skenario drama saja. Dan aku bukan
pemeran utama,dia dan kau adalah bintang dalam drama itu, dan bodoh sekali aku
tidak tau hal ini. Drama sudah berakhir, kita tetap teman dalam kisah
selanjutnya. Kisah yang disutradarai langsung oleh Dia Yang Luar Biasa. Dengan
lika-liku yang makin tak terduga..
Selamat berbahagia
pelangiku .Tetaplah memancarkan warna-warna indah. Terimakasih sudah menjadi
pelangiku.
Dariku,
Hujan yang pernah
mencintaimu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar