Jumat, 01 November 2013

Belajar nulis cerpen,hehe




Dear My RAINBOW

Aku jatuh cinta, aku yakin aku sudah terjerembab dalam asmara yang tak pernah aku undang. Kurasa, dewi cinta sedang memilihku untuk memainkan peran sebagai seorang gadis yang sedang mabuk dalam perasaannya sendiri. Hingga hatiku berubah jadi kuning , begitu ceria, begitu haus pada satu sosok. Yaitu kau. Pria cerdas, tampan, dan penuh talenta. Kau yang selalu hadir dalam setiap ingatanku,dalam setiap arah aku memandang. Kau yang manis seperti cokelat.
Aku tak bisa tenang saat aku berpapasan denganmu, aku begitu merah, begitu membara tapi begitu panik. berpura-pura tak melihat, tapi sebenarnya mataku tak kuat untuk tak melihatmu. Mengamati dirimu, wajahmu, rambutmu, caramu berjalan, tanganmu yang selalu masuk dalam kantongmu, arah pandangmu, apa yang kau kenakan, pakaianmu, celanamu, sepatumu, jam tanganmu. Oh Tuhan, kau tak terdefenisikan, sungguh. Aku ingin kau melihatku, ya kau pasti melihatku, maksudku memandangku dengan tatapan yang sama seperti aku, kau tahu memandangmu aku hijau, damai yang tak terungkap bergemuruh di sini, ya di sini, di dada ini. Tapi ia jadi berdetak tak beraturan, meletup sampai membara, sekali lagi ia memerah. Merah dan hijau, kau tau jadi apa mereka kalau disatukan. Oh kawan, mereka tak bisa bersatu, yang satu tenang dan yang satu terlalu bersemangat. Aku tak karuan, ya tak terkontrol. Dan saat kau berlalu, hati ini tiba-tiba jadi merah jambu. Ia senang, aku tau itu. Buktinya bibirku dibuatnya senyum-senyum. Ah warna yang luar biasa. Kau hebat.
Kau adalah rindu terbiru yang pernah ku rasakan. Satu malam, sejak sore pulang sekolah kita tak bertemu, aku sudah  rindu setengah mati. Haha, kau mungkin akan tertawa, satu malam, hanya selang pulang sekolah ke pagi hari di saat kita akan ke sekolah kembali, dan aku mengatakan itu lama. Ya buatmu mungkin itu singkat, bahkan sangat singkat. Tapi bagiku, bagi seorang secret admirer sepertiku, itu sangat lama. Tiga belas jam itu lama. Aku tak bisa tak melihatmu selama itu kawan, tak bisa. Apa kau mau tau bagaimana caranya agar biru rinduku terpuaskan. Aku menemuimu dalam mimpi. Entah kenapa di sana aku bisa menggenggam tanganmu sesuka hatiku, bercanda denganmu, tertawa tanpa lelah, aku bisa merasakan dadaku bergetar, oranye bukan kepalang, aku senang luar biasa kawan, sungguh.
Aku bertahan dengan perasaan ini untuk waktu yang ku rasa tidak terlalu lama, hanya beberapa tahun. Mulai dari saat di mana aku menikmati saat-saat yang mendebarkan ketika kita berpapasan, memandangmu sampai puas saat kau ada dalam jarak yang tak terlalu jauh dariku, mengecek perkembangan statusmu dalam situs jejaring sosial ( aku bingung, kenapa Profil Picture-mu monyet, panda, dan pernah shincan, kalau yang ini aku senang, karena aku suka shincan, hehe), mencari tahu kegiatanmu hari lepas hari, mencari tau tentangmu dan tentang keluargamu, mencari tahu posisi dudukmu dalam kelas, nomor ujianmu, ruang ujianmu, nilai-nilaimu, pelayananmu dengan Dia Pemilik Hidup kita, mencari tahu siapa orang yang kau sukai, seperti apa gadis impianmu. Untuk semua ini, aku melakukannya dengan senang hati kecuali untuk dua kalimat terakhir.
Sebagai seorang secret admirer, aku sangat senang luar biasa ketika Dewi Cinta memilih kau sebagai partnerku dalam berperan. Tapi tetap sesuai dengan skenario aku hanya jadi orang yang berkelut dengan takdir bahwa aku wanita, aku penerima bukan pengungkap. Aku bunga bukan lebah. Bertahun-tahun aku bertahan dengan cinta yang kujunjung tinggi ini, tak jarang kau membuat air mataku mengalir,dan saat itu segalanya menjadi hitam. Hitam dan benar-benar kelabu.
Ini tentang warna,Ini tentangmu, PELANGIKU..
Apa kau terhanyut dalam ceritaku kawan? Ah tak usah terlalu dipikirkan. By the way, aku senang menerima Undangan Pernikahanmu. Aku baru sadar bahwa kita sudah tua, maksudku dewasa. Kau sudah 27 tahun, dan aku 26 tahun. Aku ingat sekali usia kita beda 1 tahun, dengan tanggal lahir beda 2 tanggal dalam bulan yang sama walaupun tahun lahir berbeda. 05 November, tanggal itu menjadi tanggal yang kutunggu-tunggu walaupun aku tidak lahir pada tanggal itu. Aku selalu ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Karena yang didengungkan selama ini, orang pertama tak akan pernah terlupakan. Sama seperti kau, yang menjadi cinta pertama dalam hidupku. Tak terlupakan. ( jangan diambil hati, hahaha )
Aku sangat kaget ketika aku menerima Undangan Pernikahan darimu dan darinya. Awalnya aku kaget  darimana kau tahu alamatku, tapi setelah membaca dengan siapa kau melabuhkan bahtera hatimu, aku tak kaget lagi tapi hampir pingsan. Tapi aku senang, karena pria yang selalu kubawa dalam setiap doaku, akan menikah dengan orang yang tepat. Kenapa aku begitu yakin? Tentu saja kawan, dia sahabatku sejak kita SMA dulu. Aku selalu cerita tentangmu padanya dan dia selalu tidak sabar menunggu tiap ceritaku tentangmu setiap hari bahkan sampai sekarang, sampai kami bekerja dan mendapat bargain posisition di perusahaan sebesar ini.  
Dia tidak pernah cerita padaku, bahwa kalian sudah berpacaran sejak lama, bahkan sudah 16 tahun. Aku tau ini dari sahabatku Tiwi, ternyata selama ini kalian tidak mau terlalu mengekspose hubungan kalian pada orang lain. 16 tahun? Berarti sejak SMA, tapi sudahlah aku tidak akan mempermasalahkan apa-apa lagi. Terlalu kelam bagiku, dan aku salut dengan kalian berdua, sangat salut. Mungkin, dia ingin menjaga perasaanku saja. Dia kan sahabatku. ( apa aku bodoh? ) dan yang paling aku bingungkan, selama ini aku kemana?
Sebenarnya aku ingin bertanya, selama ini kau memandangku seperti apa? Apa alasanmu membalas sms-ku, kenapa kau selalu meneleponku dan selalu menanyakan kabarku dan menanyakan semua tentangku? Kenapa kau belum membuang surat-suratku semasa kita SMA dulu? Kenapa kau selalu membelikan kado untuk keluargaku? Kenapa kau selalu mengajakku pulang bersama walaupun kantor kita ada dalam dua arah yang berbeda? Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti kau juga merasakan hal yang sama denganku? Ku kira kau sudah tau, kau adalah alasan mengapa selama ini aku tetap sendiri.
Aku memang bodoh, seharusnya dari dulu aku tahu, kalau itu hanya karena kau juga tidak ingin membuatku sedih. Kau ingin menghargaiku. Tapi sudahlah kawan, aku bahagia atas pernikahanmu ini. Kau dan dia adalah 2 orang yang sangat berharga dalam hidupku. Dulu, kita bertemu karena arahan dewi cinta mungkin untuk skenario drama saja. Dan aku bukan pemeran utama,dia dan kau adalah bintang dalam drama itu, dan bodoh sekali aku tidak tau hal ini. Drama sudah berakhir, kita tetap teman dalam kisah selanjutnya. Kisah yang disutradarai langsung oleh Dia Yang Luar Biasa. Dengan lika-liku yang makin tak terduga..
Selamat berbahagia pelangiku .Tetaplah memancarkan warna-warna indah. Terimakasih sudah menjadi pelangiku.  
Dariku,
 Hujan yang pernah mencintaimu..  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar