Kawan, apa kau percaya, katanya
kalau kita pergi tanpa berkat dari orang tua apalagi ibu kita. Maka nasib sial
tak akan berhenti menghampiri kita. Tanpa berkat dari orang tua, kita hanya
kapal yang sedang diporakporandakan oleh badai kehidupan. Tanpa berkat dari
orang tua, cita-cita apapun yang kita impikan tak kan terwujud. Tanpa berkat
dari orang tua, kita akan selalu merasa risau. Merasa tak ada harapan, kosong
memapah diri.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua adalah Tuhan yang terlihat. Katanya orang tua adalah malaikat yang
Tuhan percayakan untuk menjaga dan membimbing kita. Mengorbankan seluruh
hidupnya untuk kita. Mencurahkan darah yang luar biasa banyaknya saat
melahirkan kita. Bekerja keras hingga tua untuk membiayai hidup kita.
Menyekolahkan kita hingga ke Perguruan Tinggi.
Kawan, apa kau percaya, katanya
kasih orang tua tak akan pernah hilang bahkan saat kita meninggalkan mereka
karena keegoisan diri kita. Saat kita malu untuk mengakui mereka. Saat kita
merasa bosan karena mereka selalu meghubungi kita. Saat kita mencari-cari
alasan agar mereka tidak usah datang dulu menemui kita. Saat kita menjadi
sangat durhaka kepada mereka.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua selalu membawa kita dalam tiap doa-doa mereka. Meminta dengan setulus
hati, agar Sang Pencipta selalu mencurahkan berkat yang tak berkesudahan dalam
hidup kita. Mengucap syukur sampai menitikkan air mata karena bahagia telah
memiliki kita.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua kita akan menangis darah ketika kita dirudung duka. Dihantam pahitnya
kehidupan. Ia selalu ingin menggantikan dirinya dengan kita saat kita celaka.
Ia tak tenang saat kita merasa sakit.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua adalah orang yang tak pernah merasa bosan mendengar cerita kita.
Walaupun sebenarnya mereka sudah sangat lelah dan renta.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua kita tak bisa tenang, sebelum kita mengatakan bahwa kita baik-baik
saja. Ia tak kan tenang ketika teman atau pasangan kita mulai menyakiti kita.
Ia selalu ingin jadi tembok tempat kita bersandar atas semua yang kita rasakan.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua adalah orang yang tidak akan pernah mengatakan bahwa kita tak
memiliki rupa yang menawan. Mereka akan segera memeluk kita, saat orang
menertawakan rupa kita.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua kita mulai gelisah ketika kita beranjak dewasa. Mereka menangis
karena tingkah laku kita yang menyedihkan. Mereka menangis karena kita sudah
tak pernah lagi bercerita pada mereka. Posisi mereka tergeser karena kita mulai
sibuk dengan diri sendiri, merasa teman adalah teman curhat yang paling baik,
bahkan ketika kau tak tahu, bahwa temanmu itu pun sudah membeberkan rahasiamu
pada orang lain.
Kawan, apa kau percaya, katanya
orang tua kita adalah orang paling bahagia ketika kita menemukan pasangan yang
tepat dalam hidup kita. Walaupun setelah itu, kita akan lebih mengkhawatirkan
pasangan kita daripada orang tua kita sendiri. Kita tahan berjam-jam bertelepon
dengan pasangan kita, tahan duduk menjagai pasangan kita, saat mereka
memerlukan kita. Tapi, dengan orang tua sendiri, kita malas untuk berbagi.
Sampai kita tak sadar, bahwa orang tua kita sedang bertaruh melawan duka dan
sesak di hati, sesak memikirkan kehidupan.
Kawan, apa kita sudah menyapa orang
tua kita hari ini? Apa kita sudah melukis secercah sinar terang dalam hidup
mereka? Apa kita berhasil melukis senyum di wajah pucat mereka? atau kita sudah
kehilangan kesempatan untuk membuat mereka berbahagia? atau kita sedang
bermusuhan dengan mereka karena keinginan kita tak bisa mereka penuhi?
Ayolah kawan, jangan sampai kita
menyesal di kemudian hari. Jangan sampai kita hidup tak tenang karena
kedurhakaan kita pada mereka. jangan sampai kita tak bisa menyapa mereka sama
sekali. Karena ketika mereka tak ada lagi, menangis darah pun kita tak akan
bisa menghidupkan mereka kembali.
Kawan, bahkan seperti apa kita
sekarang, sebenarnya tak bisa membalas semua yang mereka lakukan dalam hidup
kita. Tak akan bisaaaaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar