Ayah..
Dalam peluhmu,
engkau masih tetap terlihat tegar. Dalam kegelisahanmu, engkau masih sempat
membuat aku tertawa. Dalam kebahagiaanmu, kau selalu setia membawaku. Namun,
dalam tangismu, kau tak pernah mau melibatkan aku.
Ayah..
Sembarut
lelah jelas tergambar dalam hitam rambutmu yang kian memudar. Sakitnya hidup
terpampang dalam tubuhmu yang kian membungkuk. Namun, demikianpun kau tak
pernah menunjukkan pada ku bahwa kau sudah terlalu tua dan lelah untuk bertahan.
Ayah..
21 tahun
sudah aku mengenalmu, rasa cinta untukmu kian berkobar dalam sanubariku. Kau pahlawan
dalam tiap gulir roda kehidupanku. Kau kicauan merdu yang selalu membangkitkan
semangatku. Kau alasan terbesarku untuk terus berjuang.
Ayah..
Aku hanya
lidi yang mudah patah tanpamu. Aku hanya alas kaki yang selalu diinjak orang
jika kau tak disampingku. Aku hanya air keruh yang tidak diindahkan orang
ketika kau tak memelukku.
Ayah..
Tak sekalipun
kau lupa membawaku dalam tiap balutan doamu. Tak sekalipun kau mencoba untuk
membenciku. Tak sekalipun kau mencoba untuk tak memikirkanku. Tak sekalipun kau
membiarkan aku pergi dari berkas
ingatanmu. Tak sekalipun kau lupa untuk membanggakanku.
Ayah..
Ayah..
Dengan apapun
aku tak akan bisa membalas semua kasihmu padaku. Uang tak akan membuat kerja
kerasmu terbayar. Permata tak akan bisa membuat kau merasa senang.
Ayah..
Sampai saat
ini pun, aku belum bisa jadi malaikat yang meneduhkan hatimu, aku belum bisa
membalas ketulusan hatimu dalam mendidikku seumur hidupku.
Ayah..
Aku di sini
sedang berjuang. Kelak, kau akan bangga pada putri sulungmu ini. Doakan
aku ayah, seperti yang biasa kau lakukan.
Aku mengasihimu ayah..
Dariku
: Boru Panggoaranmu, Boru hasianmu..